Satu hal lagi yang kami pelajari di Doha, adalah sulitnya mendapatkan antar jemput anak sekolah.
Sekolah anak-anak kami hanya memberikan satu rekomendasi antar jemput anak sekolah, yang sudah saya coba hubungi sejak bulan oktober sampai kemarin tidak dijawab telpon-nya, yang akhirnya tadi pagi alhamdulillah diangkat telponya, lalu minta dikasih tahu nama anak, kelas dan daerah tempat tinggal.
Telpon saya akhirnya diangkat sang direktur, karena tadi pagi saya bertemu salah satu supir antar jemput dan mau bertanya lebih lanjut apakah masih ada tempat untuk kedua anak saya. Tapi selanjutnya untuk minta perkiraan ongkosnya saja, saya harus telpon terus...yang akhirnya memang tidak dijawab lagi sama sang direktur. ha..ha..jadi ingat lawakan umum di arab, mereka memang tidak butuh uang!!! jadi untuk sementara, lupakan dulu antar jemputnya om Farhan sang direktur.
Karena memang dari sekolah anak-anak kami tidak ada bis sekolah, anaka-anak tidak sempat bisa menyanyikan lagu bis sekolah nya om " koes plus" - sebagai gantinya mereka memutar CD kesayangan mereka - lupa nama group bandnya - rcok abie deh, lalu kedua anak ini memasang headset mereka, dan mulailah acara ritual pagi mereka, menyanyi, berteriak, sebagai musik pengantar pergi sekolah. Mungkin juga, mereka berdoa dalam hati, agar terus diantar mobil bapaknya, biar bisa mendengarkan musik pagi, daripada naik taksi antar jemput, hmm garing bagi mereka.
Pagi ini, rute saya kembali panjang (karena sang supri antar jemput berhenti!) seperti pada waktu anak-anak baru datang bulan Oktober lalu dan pindah sekolah ke British di daerah Aziziah. Dari rumah di sekitar Al Sadd street- Al Waab - Sport City street dan Aziziah area, yang jarak petanya hanya 9 kilometer dan ditempuh dalam waktu 20-30 menit, yang syukurnya memang berlawanan dengan arah para pekerja menuju ke kantor. Jalan ke arah sekolah sangat menyenangkan, hanya sedikit antrian di bundaran Aziziah.
Yang menjadi cerita selanjutnya adalah perjalanan dari sekolah anak-anak ke kantor kami yang berada di daerah West Bay, yang kalau di ukur menjadi 18 kilometer lagi...wuih!
Jadi berangkat dari rumah jam 6.30...sampai sekolah jam 6.50...menuju kantor..sampai sekolah jam 8.20..nyaris 2 jam jalan-jalan pagi.
Kalau dibandingkan Jakarta ataupun Dubai, perjalanan ini tidak ada sulitnya, karena tidak sepadat di dua kota tersebut, tapi penumpukan kendaraan di setiap bundaran dan saya kurang suka datang terlambat di kantor, sehingga harus secepatnya cari supir pengganti.
Kembali ke jalur cerita, untuk antar jemput anak sekolah memang belum tersedia dengan baik, walaupun pemerintah menyediakan bus sekolah umum, saya sempat lihat beberapa kali di jalan raya, hanya saya belum tahu bagaimana sistemnya bekerja.
Lalu saya juga melakukan beberap pengamatan dari milis-milis yang ada, ongkos natar jemput anak-anak itu sekita 300 Qatar Rial per bulan per anak, atau 900 ribu rupiah per anak.
Dari pengalaman saya, para taksi/supri tersebut mematok angka 1100- 1200 Qatar Rial per bulannya, untuk satu mobil. Menurut saya cukup murah, untuk dua orang anak yang sekali antar atau jemput menelan ongkos 25-30 Qatar Rial.
Supri kami sebelumnya dalah orang Sudan, cukup jujur, baik dan disiplin (karena bekas tentara Qatar kali ya) lalu yang saat ini adalah Kamarudin, orang dari Kerala India.
Teman-teman dari Indonesia yang juga berbisnis antar jemput memang sedang kewalahan nampaknya, karena saya sudah menghubungi beberapa orang dan mereka mengatakan bahwa memang saat ini sedang sibuk, karena saya lebih cenderung dengan orang-orang dari bangsa sendiri bila ada.
Catatan selanjutnya adalah, tetap punya back-up supri taksi antar jemput, karena memang kerja bangun pagi dan sudah siap jam 6.30 di depan rumah untuk antar anak sekolah adalah bukan pekerjaan mudah!!!